loading...
ADA beberapa kewajiban muslim terhada al qur’an. Selain membaca, seorang muslim juga dianjurkan untuk menghafalkannya. Namun ternyata masih banyak orang yang tidak mementingkan kewajiban satu ini. Padahal, al qur’an merupakan kitab suci yang mudah untuk dihafal baik oleh anak-anak maupun orang tua.
Berikut ini ada sebuah kisah yang mengandung pelajaran tentang kewajiban menghafal al qur’an. kisah ini adalah pengalaman seseorang yang dituliskan di akun Instagram muslim daily. begini penuturannya:
“Saat sedang duduk membaca Al-Quran di Masjid Nabawi, seorang pria tua berjenggot putih duduk di samping saya. Awalnya, saya tidak mempedulikannya, tapi saat sedang mengahafal beberapa surat, dia menyapa saya.
“Assalamualaikum,” kata dia seraya menyentuh bahu saya.
“Waalaikumussalam,” saya segera menjawab salamnya.
Kemudian dia bertanya, “Maukah kamu mendengar bacaan Al-Quran saya?”
Saya mengiyakan.
Sebelumnya saya berpikir, kakek itu akan membaca Al-Quran dengan melihat Mushaf. Namun saya salah sangka. Dia membaca tanpa melihat mushaf. Dan saya lebih terkejut ketika surat yang akan dibacakannya adalah Surat Muhammad. Surat tersebut dikenal rumit.
Sang kakek memulai bacaannya. Halaman pertama sudah dia selesaikan. Dia melanjutkan di halaman ke dua, lalu ketiga hingga halaman terakhir surat Muhammad. Dia menyelesaikan satu surah dalam sekali duduk. Saya sangat takjub melihatnya.
Selesai membaca Surat Muhammad, dia menatap saya dan tersenyum. “Bolehkah saya membaca lebih banyak lagi?”
Saya menyetujuinya. “Ia pasti ingin membaca surat berikutnya,” batinku.
Ternyata saya salah. Bukan hanya satu surat yang ia baca. Kakek itu membaca 40 halaman setelah Surat Muhammad.
Saya dibuat malu olehnya. Di usianya yang sudah tua, semangatnya menghafal tetap berkobar. Ia begitu mudah melafalkan setiap ayat yang ia hafal.
Di sela-sela menyetorkan hafalannya, sang kakek mendoakan saya. “Semoga Allah membuatmu bahagia. “
Sontak saya tertawa dalam hati. Saya sendiri bernama Saed. Dalam bahasa Arab artinya bahagia.
Usai membacakan hafalannya, dengan malu-malu saya menanyakan usianya. “Syekh, saya punya pertanyaan, tapi saya malu menanyakannya.”
“Tak usah malu, anak muda. Tanya saja,” kata kakek itu.
“Berapakah usia kakek saat ini?” akhirnya saya beranikan bertanya soal usia nya.
“Usia saya 83 tahun,” katanya.
Mendengar jawabannya, saya merasa malu. Saya kehilangan kata-kata saat tahu sang kakek berusia setua itu. Saya takjub padanya, bagaimana seseorang pada usia setua itu bisa menghafal Al-Quran.
Lalu apa alasan yang kita punya? Mengapa kita masih belum tergerak untuk menghafal? Kakek ini berusia 83 tahun dan meminta saya—orang yang tidak ia kenal—untuk menyimak bacaan Al-Qurannya. Semoga Allah menjadikan kita keluarga Al-Quran. Aamiin.”
Kisah diatas menunjukkan bahwa, siapapun dapat menghafalkan al-qur’an, bahkan orang tua yang umumnya seringkali identik dengan lupa atau pikun. Dengan hafalan al qur’an pula seseorang akan menjadi sosok yang istimewa dan mulia, bukan hanya di mata manusia tapi juga dalam pandangan Allah dan kedudukannya dalam agama. []
Islampost
0 Response to "Ketika Kakek 83 Tahun ‘Setor’ Hafalan Qur’an"
Posting Komentar