Kalau Warga Indonesia Pro Israel Itu Ketinggalan Zaman dan Kurang Bacaan’

loading...



Pemerhati Politik Internasional Arya Sandhiyudha menilai, dukungan Guetemala terhadap kebijakan Amerika Serikat (AS) yang ingin memindahkan kedutaannya untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem (Baitul Maqdis) adalah suatu hal yang tak mengherankan.

Hal itu, kata Arya, karena Guatemala pernah melakukan kekerasan genosida atau pembantaian masyarakat adat Maya 1975 – 1983 ketika 600 desa Maya dihancurkan.

“Mirip yang dilakukan Israel kepada Palestina. Sesama pembantai kompak,” ujarnya kepada hidayatullah.com dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (27/12/2017).

Namun, yang mengherankan justru kalau ada warga negara atau anak bangsa Indonesia punya ide membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Sementara sejarah negara bangsa Indonesia adalah berjuang meraih kemerdekaan dan mengusir penjajahan.

Padahal, terangnya, Presiden RI pertama Soekarno saja sampai membuat ajang kompetisi olah raga tersendiri sebagai protes keterlibatan atlet negara penjajah Israel di ajang kompetisi internasional.

“Kalau warga Indonesia ada yang pro Israel itu ketinggalan zaman dan kurang bacaan,” cetus Direktur Eksekutif MaCDIS (Madani Center for Development and International Studies) ini.

Sekarang ini, jelas Arya, mayoritas negara Eropa saja sudah menyadari dan tidak ada satupun yang mendukung kebijakan AS memindahkan ibu kota Israel ke Baitul Maqdis, dilihat dari sikap tegas mereka di Majelis Umum PBB.*

Rep: Yahya G Nasrullah

Editor: Muhammad Abdus Syakur


Hidayatullah

0 Response to "Kalau Warga Indonesia Pro Israel Itu Ketinggalan Zaman dan Kurang Bacaan’"

Posting Komentar

loading...